Jumat, 21 Februari 2014

The Moslem Market on ‘Bazaar Ramadhan’
Ramadhan bulan yang penuh keberkahan seperti yang dijanjikan Allah Azza wa Jalla, dimana bahwa Allah SWT akan melipatkan gandakan setiap amal perbuatan baik yang dilakukan oleh insan yang  beriman dan berpuasa dalam bulan ramadhan.
                Keberkahan ramadhan bukan hanya dalam bentuk amalan akan tetapi juga dalam bentuk kasat mata yaitu dengan makin maraknya kegiatan-kegiatan bisnis atau usaha yang berjalan selama bulan ramadhan, seperti pasar kaget jajanan pasar digelar mulai dari lapak kaki lima sampai hotel berbintang; Bazaar Ramadhan yang digelar di mol-mol dengan program ‘great sale’ nya dimana semua selalu penuh oleh para pengunjung. Sabtu kemarin, saya berkesempatan datang ke sebuah pusat per’nongkrong’an favorit kaum muda di jakarta selatan dan luar biasa tumpah ruah pengunjungnya .. Astaghfirullah,  mau cari parkir mesti berputar-putar karena semua penuh. Akhirnya dapat juga dan bersama keluarga mencari tempat makan yang ‘cozy’ buat bercengkerama, karena waktu sdh menunjukkan jam 09 malam (takut restoran tutup) dan yang mengagetkan adalah ketika tanya kepada petugas restoran jam berapa tutupnya .. mereka menjawab jam 02 pagi (Wooww) padahal biasanya paling malam jam 23.
                Ramadhan memang benar-benar membawa keberkahan dunia dan akhirat, tentunya bagi yang mampu mengambil semua kesempatan yang diberikan Allah dan bukti nyatanya adalah bagaimana para pebisnis dengan memanfaatkan kesempatan untuk meraup keberkahan (keuntungan) selama Ramadhan. So, kita sudah bisa membayangkan betapa besar nya keberkahan setiap amalan yang kita kerjakan di akhirat kelak, bila didunia saja sudah bisa dilihat betapa besarnya putaran uang (dilihat dari sisi materi) yang beredar selama ramadhan berjalan.

Potensi ‘Moslem Market’
                Potensi market kaum muslim kita memang luar biasa, lebih dari 85% penduduk Indonesia akan tetapi mengapa mayoritas belum tertarik untuk beramai-ramai masuk ke bank berlabel syariah? Sehingga untuk meningkatkan ‘market share’ saja sangat susah .. Harus nya sebagai operator keuangan syariah atau para stakeholder bank-bank berlabel syariah mesti instropeksi kedalam melakukan ‘muhasabah’ sampai akhirnya menemukan sistem atau metode yang pas untuk menimbulkan ‘tsunami’ gerakan ‘back to syariah’.
                It’s the fact, hampir setiap pagi sambil makan sahur, saya menikmati salah satu acara ekonomi syariah di stasiun tv swasta yang di sponsori oleh bank daerah, tapi yang miris adalah ketika jedah iklan ternyata yang banyak ber-iklan adalah bank ‘induk’ nya dengan promosi berbagai hadiah yang notabene ‘konvensional’, sementara ‘anak’nya yang berbasis syariah hanya numpang lewat iklan nya, padahal acaranya adalah ‘ekonomi syariah’. So, kapan ‘anak’ nya tersebut ( berbasis Syariah ) akan mampu menarik pasar yang sangat besar dinegeri ini bila tidak ber’iklan’. Menurut Kotler, kegiatan komunikasi pemasaran melalui iklan, direct selling, kehumasan,  atau metode lainnya mempunyai tujuan untuk membangun persepsi, opini, keyakinan, sampai menumbuhkan keinginan untuk membeli/memilki. Sudahkan dilakukan? Let’s puzzle yourself. Wallahu ‘alam bishowaf.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar