The Moslem Market on ‘Bazaar
Ramadhan’
Ramadhan bulan
yang penuh keberkahan seperti yang dijanjikan Allah Azza wa Jalla, dimana bahwa
Allah SWT akan melipatkan gandakan setiap amal perbuatan baik yang dilakukan
oleh insan yang beriman dan berpuasa
dalam bulan ramadhan.
Keberkahan
ramadhan bukan hanya dalam bentuk amalan akan tetapi juga dalam bentuk kasat
mata yaitu dengan makin maraknya kegiatan-kegiatan bisnis atau usaha yang
berjalan selama bulan ramadhan, seperti pasar kaget jajanan pasar digelar mulai
dari lapak kaki lima sampai hotel berbintang; Bazaar Ramadhan yang digelar di
mol-mol dengan program ‘great sale’ nya dimana semua selalu penuh oleh para
pengunjung. Sabtu kemarin, saya berkesempatan datang ke sebuah pusat
per’nongkrong’an favorit kaum muda di jakarta selatan dan luar biasa tumpah
ruah pengunjungnya .. Astaghfirullah, mau cari parkir mesti berputar-putar karena
semua penuh. Akhirnya dapat juga dan bersama keluarga mencari tempat makan yang
‘cozy’ buat bercengkerama, karena waktu sdh menunjukkan jam 09 malam (takut
restoran tutup) dan yang mengagetkan adalah ketika tanya kepada petugas
restoran jam berapa tutupnya .. mereka menjawab jam 02 pagi (Wooww) padahal
biasanya paling malam jam 23.
Ramadhan
memang benar-benar membawa keberkahan dunia dan akhirat, tentunya bagi yang
mampu mengambil semua kesempatan yang diberikan Allah dan bukti nyatanya adalah
bagaimana para pebisnis dengan memanfaatkan kesempatan untuk meraup keberkahan
(keuntungan) selama Ramadhan. So, kita sudah bisa membayangkan betapa besar nya
keberkahan setiap amalan yang kita kerjakan di akhirat kelak, bila didunia saja
sudah bisa dilihat betapa besarnya putaran uang (dilihat dari sisi materi) yang
beredar selama ramadhan berjalan.
Potensi ‘Moslem Market’
Potensi
market kaum muslim kita memang luar biasa, lebih dari 85% penduduk Indonesia
akan tetapi mengapa mayoritas belum tertarik untuk beramai-ramai masuk ke bank
berlabel syariah? Sehingga untuk meningkatkan ‘market share’ saja sangat susah .. Harus nya sebagai operator
keuangan syariah atau para stakeholder bank-bank berlabel syariah mesti
instropeksi kedalam melakukan ‘muhasabah’
sampai akhirnya menemukan sistem atau metode yang pas untuk menimbulkan
‘tsunami’ gerakan ‘back to syariah’.
It’s
the fact, hampir setiap pagi sambil makan sahur, saya menikmati salah satu
acara ekonomi syariah di stasiun tv swasta yang di sponsori oleh bank daerah,
tapi yang miris adalah ketika jedah iklan ternyata yang banyak ber-iklan adalah
bank ‘induk’ nya dengan promosi berbagai hadiah yang notabene ‘konvensional’,
sementara ‘anak’nya yang berbasis syariah hanya numpang lewat iklan nya,
padahal acaranya adalah ‘ekonomi syariah’. So, kapan ‘anak’ nya tersebut (
berbasis Syariah ) akan mampu menarik pasar yang sangat besar dinegeri ini bila
tidak ber’iklan’. Menurut Kotler, kegiatan komunikasi pemasaran melalui iklan,
direct selling, kehumasan, atau metode
lainnya mempunyai tujuan untuk membangun persepsi, opini, keyakinan, sampai
menumbuhkan keinginan untuk membeli/memilki. Sudahkan dilakukan? Let’s puzzle
yourself. Wallahu ‘alam bishowaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar